• image01

    Creative

    Duet

  • image02

    Friendly

    Devil

  • image03

    Tranquilent

    Compatriot

  • image04

    Insecure

    Hussler

  • image05

    Loving

    Rebel

  • image06

    Passionate

    Seeker

  • image07

    Crazy

    Friend

Senin, 27 Oktober 2014

musik tradisional indonesia



MUSIK TRADISIONAL INDONESIA

Di bawah ini disajikan sejumlah jenis musik tradisi yang banyak di antaranya masih murni dan masih merupakan musik tradisi daerah yang memerlukan pengembangan lebih lanjut. Berikut adalah jenis jenis musik tradisional nusantara :

1. Musik Gambang Kromong


Grup Musik Kesenian Gambang kromong

Musik Gambang kromong ini merupakan musik tradisi serapan yang sudah beradaptasi dengan lingkungannya, Karena musik ini cikal bakalnya berasal dari musik etnis Cina. Kini sebagian besar pelakunya seniman seniman Betawi daari etnis non Cina. Fungsi musik ini sebagai lagu lagu instrumentalia,musik iringan tari (tari colek) dan perkembangan sekarang digunakan sebagai musik iringan Lenong. Penyanyi Benyamin S dan Ida Royani pernah mempopulerkan enis musik ini dalam bentuk bentuk penyajian lagu humor gaya Betawi selama beberapa tahun dan memperoleh sambutan yang sangat baik dari penggemarnya.

2. Musik Goong Renteng


Orang orang sedang memainkan Goong Renteng


Seperangkat Gamelan goong renteng disebut juga kesenian gamelan Mbah Bandong. Kesenian tersebut berasal dari desa lebakwangi Batukurut kecamatan Pameungpeuk, Provinsi Jawa Barat. Fungsi kesenian ini digunakan khusus untuk upacara muludan/maulud nabi. Gamelan Goong Renteng terdiri dari instrument Bonang,Saron,Kecrek,Beri,Goong,dan Kendang. Adapun Lagu lagu yang dibawakan di antaranya lagu sodom,legu Seserengan, lagu Pucung lingkup,dan lagu pangkur. Bentuk gamelan goong renteng ini sebenarnya merupakan sempalan dari jenis musik gamelan yang berkembang di jawa barat, yang kemudian diberi nuansa khusus kedaerahan yang kental sehingga menjadi ciri khas daerah.

3. Musik Santi Swara dan Laras Madya

Salah satu musik tradisional di jawa tengah yang sampai sekarang masih hidup khususnya di daerah pinggiran. Musik ini membawakan lagu lagu salawatan ( lagu lagu pujian yang bernafaskan islami) dengan bentuk lagu jawa yang bernada slendro & pelog yang digarap dengan memasukan unsur karawitan, yang lazim dinamakan Santi Swara.

Kemudian musik laras Madya Adalah bentuk musik yang mempunyai kemiripan dengan Santi Swara. Laras Madya bentuknya seperti koor tetembangan yang instrument pengiringnya berupa terbang(pokok), ditambah kendang,kemanak,dan bogem. bentuk penyajian kedua musik tersebut diatas hampir sama, perbedaanya terletak pada materi lagu dan cakepanya.

Bentuk bentuk yang serupa dengan penampilan ini adalah iringan penampilan Hadrah Kuntulan dari banyuwangi serta Rudat dari daerah Cianjur selatan.

4. Musik Krumpyung

Krumpyung pada mulanya adalah sebutan untuk sebuah instrumen yang terdiri dari serangkaian alat musik bambu yang biasa disebut dengan nama Angklung.Nama krumpyung berasal dari bunyi instrumen itu sendiri apabila instrumen tersebut di gerakan. Kesenian ini berasal dari kelurahan  Agrowillis, wilayahkecamatan kokap,kabupaten Kulon progo, Yogyakarta. Adapun pencipta semula kesenian tersebut adalah bapak Sumitra dari dusun tersebut yang sudah kami beritahu di atas. Bentuk pemanfaatan alat musik angklung dalam sebuah orkestra dilakukan pula dalam bentuk Arumba yang memiliki tangga nada diatonis. Jenis musik Arumba ini sempat populer pada tahun tahun 70-an dan menjadi salah satu alat yang selayaknya dimiliki oleh sekolah sekolah sebagai sarana pembelajaran seni musik.

5. Musik Gong Luang

Musik tradisional ini berasal dari daerah provinsi bali. Seperangkat gamelan yang sifatnya sakral yang umumnya dipergnakan untuk mengiringi upacara kematian (ngaben). Gong Luang terdiri dari dua buah kata yakni kata Gong  dan kata Luang. Kata Gong artinya mengacu pada nama itu sendiri Gong , Dan kata Luang berrati ruang atau rong, yang mempunyai arti ruang atau bidang unruk menyebutkan nama bidang atau motif ruang ruang kosong yang akan diberi motif motif ukuran hiasan dan motif lainya.

Sabtu, 25 Oktober 2014

ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA (EPISODE 2)

ALAT MUSIK TRADISIONAL

1.   KACAPI

     Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dankacapi suling.
Rincian unsur nada dalam sebuah kacapi parahu.
Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.





2.  SASANDO 
     Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando

3.   SULING
   Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.
Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perakemas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.
Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling.Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes.
Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar.B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional.
Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat.
Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah.
Suling konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling Blok (seperti gambar atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era Klasik 1750-1820) pakai Suling Albert (kayu hitam berlubang dan dilengkapi klep), dan sejak Era Romantis (1820) memakai suling Boehm (kayu hitam atau metal dilengkapi klep semua yang disebut juga suling Boehm, sistem Carl Boehm), atau suling saja.
Khusus musik keroncong di Indonesia pada Era Stambul (1880-1920) memakai suling Albert, dan pada Era Keroncong Abadi (1920-1960) telah memakai suling Bohm.

alat musik tradisional (EPISODE 1)

ALAT MUSIK TRADISIONAL 


jenis alat musik tradisional indonesia sangat banyak , terdiri dari sabang sampai merauke . 
inilah macam-macam alat musik tradisional dari indonesia :


1.   ANGKLUNG 

      Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawabagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

asal-usul dari angklung 
   Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di JasingaBogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak- anak pada waktu itu.[butuh rujukan]
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia keThailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

2.   KETIPUNG

     Ketipung adalah salah alat musik tradisional Indonesia yang berbentuk menyerupai Gendang tetapi memiliki ukuran lebih kecil.[1] Ketipung dibuat dari kayu yang dibubut, kemudian kemudian diberi lubang di tengahnya berukuran 20cm hingga 40 cm. Bunyi yang dihasilkan biasanya menghasilkan musik KeroncongDangdut, dan Melayu

3.   REBANA 

     Rebana (bahasa Jawa: terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. ini merupakan symbol kota bumiayu .terbuat Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei,Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama

   




Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

About

Blogger templates

Blogger news